Rabu, 16 Mei 2012

Kemajuan Teknologi film beserta dampaknya

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PERFILMAN

Film merupakan salah satu media komunikasi.  Arti dari film itu sendiri ialah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sekarang kita bahas perkembangan dari film, Film pertama kali dipertontonkan untuk khalayak umum dengan membayar berlangsung di Grand Cafe Boulevard de Capucines, Paris, Perancis pada 28 Desember 1895. Peristiwa ini sekaligus menandai lahirnya film dan bioskop di dunia. Karena lahir secara bersamaan inilah, maka saat awal-awal ini berbicara film artinya juga harus membicarakan bioskop. Meskipun usaha untuk membuat "citra bergerak" atau film ini sendiri sudah dimulai jauh sebelum tahun 1895, bahkan sejak tahun 130 masehi, namun dunia internasional mengakui bahwa peristiwa di Grand Cafe inilah yang menandai lahirnya film pertama di dunia. Pelopornya adalah dua bersaudara Lumiere Louis (1864-1948) dan Auguste (1862-1954). Thomas A. Edison juga menyelenggarakan bioskop di New York pada 23 April 1896. Dan meskipun Max dan Emil Skladanowsky muncul lebih dulu di Berlin pada 1 November 1895, namun pertunjukan Lumiere bersaudara inilah yang diakui kalangan internasional. Kemudian film dan bioskop ini terselenggara pula di Inggris (Februari 1896), Uni Sovyet (Mei 1896), Jepang (1896-1897), Korea (1903) dan di Italia (1905).
Sedangkan di Indonesia sendiri, film pertamakali diperkenalkan pada 5 Desember 1900 di Batavia (Jakarta). Pada masa itu film disebut “Gambar Idoep". Pertunjukkan film pertama digelar di Tanah Abang. Film adalah sebuah film dokumenter yang menggambarkan perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den Haag. Pertunjukan pertama ini kurang sukses karena harga karcisnya dianggap terlalu mahal. Sehingga pada 1 Januari 1901, harga karcis dikurangi hingga 75% untuk merangsang minat penonton.
Film cerita pertama kali dikenal di Indonesia pada tahun 1905 yang diimpor dari Amerika. Film-film impor ini berubah judul ke dalam bahasa Melayu. Film cerita impor ini cukup laku di Indonesia. Jumlah penonton dan bioskop pun meningkat. Daya tarik tontonan baru ini ternyata mengagumkan. Film lokal pertama kali diproduksi pada tahun 1926. Sebuah film cerita yang masih bisu. Agak terlambat memang. Karena pada tahun tersebut, di belahan dunia yang lain, film-film bersuara sudah mulai diproduksi.
Perubahan dalam industri perfilman, jelas nampak pada teknologi yang digunakan. Jika pada awalnya, film berupa gambar hitam putih, bisu dan sangat cepat, kemudian berkembang hingga sesuai dengan sistem pengelihatan mata kita, berwarna dan dengan segala macam efek-efek yang membuat film lebih dramatis dan terlihat lebih nyata. Film tidak hanya dapat dinikmati di televisi, bioskop, namun juga dengan kehadiran VCD dan DVD, film dapat dinikmati pula di rumah dengan kualitas gambar yang baik, tata suara yang ditata rapi, yang diistilahkan dengan home theater. Dengan perkembangan internet, film juga dapat disaksikan lewat jaringan superhighway ini.
Saat ini tidak hanya berkembang film dengan 2 dimensi (2D) tetapi di era yang penuh dengan perkembangan teknologi dan serba digital sekarang sudah banyak film 3 Dimensi(3D) yang sangat luar biasa. Misalnya contoh film yang kaya dengan teknologi seperti Star Wars,yang 3D contohnya Ice Age 3, Final Destination  3,sekarang aka n ada avatar dalam 3D.
Film Avatar yang disutradarai oleh James Cameron. Yang menarik dalam film Avatar adalah penggunaan teknologi terbaru dalam pembuatan film 3 D. Sebagai seorang sutradara yang handal James Cameron  menginginkan film yang dibuatnya menggunakan teknologi 3 D yang terbaik sehingga membuat film tersebut jauh lebih baik daripada Star Wars.  Dia segera menemui para insinyur Sony untuk meminta mereka membuat sebuah kamera High Definition dengan teknologi 3 D yang mampu untuk mengambil gambar 3 Dimensi tanpa menyebabkan sakit kepala bagi orang yang melihatnya. Dengan demikian, dia membutuhkan kamera dengan teknologi terbaru yang dapat memenuhi keinginannya tersebut. Harapannya tersebut ia sandarkan pada para insinyur-insinyur Sony.

Para penonton film 3 D diharuskan untuk menggunakan kacamata polarisasi agar mereka dapat melihat efek tiga dimensi dari Film yang mereka lihat. Dalam film Avatar kacamata polarisasi merupakan sebuah perkemabangan dalam film 3 D yang sebelumnya hanya menggunakan kacamata berlensa merah dan hijau. Berbeda dengan kacamata untuk menonton film 3 D, kacamata polarisasi terlihat bening sama seperti kacamata biasa.
Film ini menggunakan teknologi capture information, yang cara membuatnya dengan menggunakan komputerisasi dari image aksi manusia yang sesungguhnya. Film ini menggunakan studio yang merupakan perumpamaan dari planet Pandora tempat dimana setting cerita dilakukan. Sutradara James Cameron membuat film ini dalam 3 D (tiga Dimensi) dengan menggunakan kamera film dengan teknologi terbaru, yang bisa menghasilkan gambar stereoscopic 3 D. Gambar stereoscopic merupakan gambar dimana ketika kita melihat pada layar maka seolah-olah kita merasa bahwa gambar tersebut sangat dekat. Metode pengambilan gambar 3 D stereoscopic pertama kali ditemukan oleh Sir Charles Wheatstone pada tahun 1840. Stereoscopy digunakan banyak dalam photogrammetry serta di dalam dunia entertainment melalui produksi stereograms. Dalam membuat filmnya, James Cameron menggunakan 2 kamera ringan dengan berat hanya 50 pound, teknologi kamera tersebut akan dipadukan dengan menggunakan komputer. Tidak seperti teknologi 3 D yang pernah ada, yang menangkap dot yang ada dimuka manusia untuk membuat perubahan emosi yang direkonstruksi dengan cara digital. Pada pembuatan film avatar pengambilan gambar setiap detailnya akan dianalisa seperti pori-pori dan keriput untuk membantu membuat tokoh yang ditampilkan terlihat lebih nyata dan jelas. Tentu saja semua teknologi tersebut menggunakan bantuan teknologi komputer yang sangat canggih. Teknologi kamera yang digunakan merupakan gabungan dari dua jenis kamera sehingga membuat pengambilan gambar yang dilakukan mampu memberikan perspektif pengambilan gambar manusia dari tiga perspektif. Difilmkan dengan menggunakan 197 kamera sekaligus secara bersamaan, dan real-time. Hal ini tentu saja akan membuat gambar yang diambil menjadi lebih jelas dan lebih baik.
Perkembangan gambar tiga dimensi tidak terlepas dari perkembangan komputer animasi. Animasi komputer merupakan suatu seni untuk membuat gambar bergerak dengan mempergunakan komputer. Tentu saja hal ini membutuhkan teknologi komputer yang cukup canggih.  Adapun aplikasi komputer grafis yang digunakan yaitu computer generated imagery (CGI). Beberapa software CGI populer antara lain Art of Illusion (bisa di-download di sourceforce.net), Maya, Blender, dan lain-lain.
          Software pendukung lainnya adalah :
1.    3D Studio Max 7.0
3D Studio Max merupakan software grafik yang memadukan antara Graphic Vector dengan Raster Image, untuk menghasilkan hasil rancangan Virtual Reality atau mendekati keadaan yang sebenarnya. 
2.     Adobe After Effects 7.0
Adobe After Effects 7.0 digunakan untuk membuat berbagai efek pada sebuah animasi.
3.    Adobe Premiere Pro 2.0
Adobe Premiere Pro 2.0 adalah seri terbaru dari Adobe Premiere. Adobe Premiere Pro 2.0 merupakan program yang sangat popular dalam dunia editing film. Dibuat oleh perusahaan software yang terkenal, yaitu Adobe. Adobe Premiere Pro 2.0 dibuat untuk melakukan editing film dan juga untuk membuat animasi video digital.
4.    Adobe Photoshop 9.0
Software Editing Image yang sangat popular. Dibuat dengan fitur lengkap sehingga menghasilkan karya Image yang lebih handal.

Sedangkan Hardware yang digunakan :
1.    Kamera Digital

2.    Proyektor
Untuk menampilkan digital cinema dibutuhkan sebuah proyektor.














Opini :

Sebagai penikmat film,menurut saya perkembangan film sudah sangat maju karena didukung dengan teknologi yang sudah sangat maju pula. Seperti, saat ini sudah banyak film yang berdimensi 3(3D) dulu sewaktu saya masih SMP saya belum pernah menonton film 3D tetapi sekarang sudah banyak film 3D. Teknologi yang digunakan juga sudah sangat canggih jadi film yang dihasilkan juga semakin bagus efek dari 3D nya misalnya. Selain itu, karena di luar negeri terutama d Hollywood adalah pusat perkembangan jadi film2 yang dihasilkan jauh lebih keren apalagi jika kita bandingkan dengan yang Indonesia. Karena ada salah satu stasiun televise swasta yang saya tonton jelas sekali menunjukan bahwa perkembangan teknologi di Indonesia masih tertinggal jauh. Efek animasi yang dihasilkan terlihat seperti bohongan tidak nyata.

Pengaruh Film Pada Penontonnya

             Film membawa pengaruh yang besar pada jiwa manusia. Dalamsatu proses menonton film, terjadi di suatu gejala yang disebut oleh ilmujiwa sosial sebagai identifikasi psikologis. Ketika proses decoding terjadi,para penonton kerap menyamakan atau meniru seluruh pribadinya dengansalkah satu peran film. Penonton bukan hanya dapat memahamiataumerasakan seperti yang dialami oleh salah satu pemeran, lebih dari itu,mereka juga seolah – olah mengalami sendiri adegan – adegan dalam film.Pengaruh film tidak hanya sampai situ. Pesan – pesan yang termuatdalam adegan – adegan film akan membekas dalam jiwa penonton. Lebihjauh, pesan itu akan membentuk karakter penonton.Menurut Onong Uchyana Effendy, film merupakam mediumkomunikasi yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untukpenerangan dan pendidikan. Bahkan, Jakob Sumarjdo, dari pusatpendidikan film dan tele visi, menyatakan bahwa film berperan sebagaipengalaman dan nilai.Selanjutnya, film sebagai media komunikasi dapat berfungsi pulasebagai media tabligh, yaitu media untuk mengajak kepada kebenaran dankembali menginjakkan kaki di jalan Allah.Dan, tentunya, sebagai sebuahmedia tabligh, film mempunyai kelebiaha tersendiri dibandingkan dengan media – media lainnya. Dengan kelebiahan - kelebihan itulah, film dapatmenjadi media tablighyang efektif, dimana pesan – pesannya dapatdisampaikan kepada penonton secara halus dan menyentuh relung hatitanpa mereka merasa digurui. Hal ini senada dengan ajaran Allah SWTbahwa untuk mengkomunikasikan pesan , hendaknya dilakukan secaraqawlan sadidan, yaitu pesan yang dikomunikasikan dengan benar,menyentuh, membekas da lam hati.Berkaitan dengan karakter film yang dapat menyampaikan pesandengan cara qawlan sadidan, menurut Graeme Turner, disebabkan olehkarena film membentuk dan menghadirkan kembali realitas berdasarkankode – kode, konvensi – konvensi, dan ideologi dar i kebudayaanmasyarakatnya.Selain itu, sebagaimana dinyatakan pula oleh Alex Shobur, bahwafilm merupakan bayangan yang diangkat dari kenyataan hidup yangdialami dari kehidupan sehari – hari. Itulah sebabnya selalu adakecenderungan untuk mencari relevansi antara film dengan realitaskrhidupan. Terserah apakan film itu merupakan film drama, yaitu filmyang mengungkapkan tentang kejadian atau peristiwa hidup yang hebat,atau film yang sifatnya realisme, yaitu film yang mengandung relevansidengan kehidupan keseharian.Karena film mempunyai kelebihan bermain pada sisi emosional, iamempunyai pengaruh yang lebih tajam untuk memainkan emosi pemirsa.

             Berbeda dengan buku yan memerlukan daya fikir aktif, penonton film cukup bersikap pasif. Hal ini dikarenakan sajian film adalah sajian siapuntuk dinikmati.35Jadi, yang dimaksud media dakwah dalam penelitian ini adalah alatatau sarana untuk menyampaikan pesan dakwah pada anak- anak yaknidengan menggunakan media audio visual yakni dengan memutarkan VCDserial ensiklopedi anak muslim yang berbenrtu animasi, gambar hidup,suara dan tulisan – tulisan yang berisi tentang film – film kisah – kisahpara Nabi dan Rasul, cara sholat seperti Nabi, senandung do'a sehari –hari, dan lain – lain dan cara sperti ini dapat memudahkan anak – anakdalam menerima pelajaran agama serta mudah menghafal danmengingatnya.

Dampak Tayangan 3D Bagi Kesehatan Mata

Kemajuan teknologi dalam industri perfilman dunia telah memboyong banyak sekali film-film berjenis 3 dimensi yang marak diputar di bioskop tanah air. Menonton tayangan tersebut memang sangat seru karena memiliki kekuatan visual yang lebih “hidup”. Namun pernahkah Anda terpikir dampak yang ditimbulkannya bagi kesehatan mata?

Sebuah survei online oleh American Association of Optometrists menunjukan seperempat dari responden survei mengatakan mata mereka terasa sakit, berkunang-kunang, kepala pusing, dan mual setelah menonton tayangan 3D. Hal tersebut terjadi akibat mata manusia yang biasanya terpaku dan terus memfokuskan diri pada satu objek pada saat objek itu mendekat, tetapi pada tayangan 3D tidak membuat objek mendekat namun memperlihatkan sederetan objek lain. Karenanya, saraf mata pun bekerja lebih keras untuk fokus.

Para ahli menyarankan jarak aman bagi penonton 3D yaitu minimal 5 kali ukuran layar serta jarang pandang mata harus sejajar dengan layar tersebut. Ketika Anda menonton film 3D pada bioskop, ruangan yang gelap justru akan semakin memicu kerusakan mata. Diperlukan cahaya yang cukup agar kontras layar tidak terlalu membebani penglihatan.  

Secara umum, tayangan 3D tidak akan sepenuhnya mengganggu fungsi mata apabila kuantitas menonton tidak terlalu sering dan jarak pandang yang disarankan sudah sesuai. Namun apabila Anda mengalami gejala pusing, mual dan mata terasa kabur, sebaiknya hentikan menonton tayangan 3D dan berkonsultasilah dengan dokter spesialis mata Anda.

 
Karakteristik Film
  1.  
    1. Layar yang luas/lebar
    2. Pengambilan Gambar pemandangan menyeluruh
    3. Konsentrasi penuh
    4. Identifikasi Psikologis
Jenis-jenis Film
  1. Film Cerita : Jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukan di gedung-gedung bioskop dengan bintang tenar film tenar dan didistribusikan sebagai barang cadangan
  2. Film Berita : Peristiwa fakta, yang benar-benar terjadi
  3. Film Dokumenter : Karya ciptaan mengenai kenyataan.
  4. Film Kartun : Dikonsumsi untuk anak-anak.

Dampak dan nasib industri perfilman di Indonesia

·  Dengan tidak adanya film asing di bioskop-bioskop Indonesia, sanggupkan para sineas Indonesia mengisi kekosongan ini? Seperti yang kita ketahui, film indonesia tidak bisa disejajarkan dengan film asing, karena kualitas yang masih kurang, dan juga banyak judul yang dianggap mencontek konsep film asing. Kedepannya, apakah nanti bioskop bisa seramai sekarang, meskipun tanpa film asing? Tentunya, hal ini bisa menjadi sebuah motivasi (dan tuntutan) bagi para sineas Indonesia untuk membuat film-film yang bermutu. Jangan hanya melulu film horror dengan beberapa adegan –jika mengutip istilah dalam anime, fanservice yang diandalkan.
·  Tidak ada film asing di bioskop = pembajakan akan meningkat. Jika biasanya kita hanya mengeluarkan beberapa puluh ribu saja untuk menonton film di bioskop, tentu banyak dari kita yang tidak akan membeli semua DVD original dari film-film yang dirilis bukan? Lantas, jika ingin menonton film-film yang baru (yang murah), maka ke DVD bajakan atau download-lah yang menjadi tujuan kita. Hal ini memang bisa menjadi lahan bisnis yang menguntungkan bagi pembajak. Namun, kembali kepada pemerintah, bagaimana dengan gaungnya dahulu yang katanya ingin memerangi pembajakan? Apa jadinya, kalo pembajakan dilarang, tetapi film asing tidak ada di bioskop Indonesia?
·  Mengenai pornografi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak film indonesia yang menyisipkan beberapa adegan berbau pornografi, terutama di film-film horror. Dengan tidak adanya film asing, tentu film indonesia dengan bumbu adegan pornografi ini bisa semakin “mewabah”. Kembali komitmen pemerintah RI dipertanyakan, katanya mau memberantas pornografi?
·  Banyak bioskop bisa gulung tikar, yang artinya banyak terjadi PHK karyawan dan semakin meningkatnya pengangguran. Mengandalkan pemasukan dari pemutaran film-film lokal apa cukup untuk menutupi biaya operasional dan pengeluaran-pengeluaran lainnya? Kita tahu pemasukan film-film lokal belakangan ini juga tidak memuaskan..
·  Jika berdalih kebijakan ini untuk melindungi sineas-sineas Indonesia agar mereka bisa lebih berkreasi dalam menghasilkan sebuah film, coba kita tanyakan ke negara-negara lain seperti India dengan Bollywood-nya. Bollywood kita tahu cukup maju, dan sudah menghasilkan beberapa movie yang cukup berkualitas. Apa mereka menghentikan juga distribusi film dari Hollywood?


Sumber: